Generasi Z, atau yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, tumbuh dalam dunia yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Era digital, persaingan akademik yang tinggi, tuntutan sosial media, hingga krisis iklim dan ekonomi global menjadi tekanan yang tak terhindarkan. Tak heran, banyak dari mereka mengalami stres sejak usia muda.
Namun, yang menarik adalah cara Gen Z melawan stres ini berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka lebih terbuka soal kesehatan mental, punya akses lebih luas terhadap informasi, dan cenderung mencari solusi secara mandiri. Tapi bukan berarti mereka tak butuh dukungan—justru keluarga memegang peranan penting dalam proses tersebut.
1. Menjadikan Media Sosial sebagai Tempat Ekspresi, Bukan Pelarian
Media sosial adalah bagian dari hidup Gen Z. Banyak dari mereka menjadikan platform seperti Instagram, TikTok, atau X sebagai tempat mengekspresikan diri. Ini bisa jadi cara positif untuk melawan stres, selama tidak menjadi pelarian dari masalah nyata.
Keluarga bisa membantu dengan mendampingi dan mengedukasi soal penggunaan media sosial yang sehat. Hindari menyalahkan atau melarang secara keras, tapi bantu mereka mengenali kapan waktu jeda dari dunia digital itu perlu.
2. Mencari Bantuan Profesional Tanpa Rasa Malu
Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z lebih terbuka terhadap terapi atau konseling. Mereka tidak melihat psikolog sebagai ‘tempat untuk orang gila’, tapi sebagai bagian dari self-care. Ini adalah perkembangan yang sangat positif dalam melawan stres.
Peran keluarga adalah mendukung pilihan ini. Bila anak atau anggota keluarga Gen Z ingin bertemu konselor, jangan buru-buru menilai. Berikan ruang dan dukungan, bahkan bisa ikut mencari layanan psikolog terpercaya bersama mereka.
3. Memilih Aktivitas Mindfulness dan Healing
Banyak Gen Z melawan stres dengan meditasi, journaling, yoga, atau bahkan jalan-jalan ke alam. Aktivitas ini bukan sekadar tren, tapi benar-benar membantu mereka mengatur emosi dan menenangkan pikiran.
Keluarga bisa ikut terlibat dalam aktivitas healing ini. Misalnya, dengan menyediakan waktu liburan ke alam, membuat jadwal olahraga bersama, atau sekadar memberi ruang tenang di rumah untuk anak melakukan aktivitas favoritnya.
4. Komunikasi Terbuka, Tanpa Menghakimi
Salah satu kebutuhan terbesar Gen Z adalah didengarkan. Banyak dari mereka merasa orang tua atau keluarga tidak memahami beban yang mereka tanggung, karena seringkali dibandingkan dengan “zaman dulu”.
Untuk membantu Gen Z melawan stres, bangun komunikasi dua arah yang terbuka dan penuh empati. Tanyakan perasaan mereka, dengarkan tanpa menyela, dan validasi emosi yang mereka rasakan. Kata-kata seperti, “Papa/Mama ngerti kok kalau kamu lagi tertekan,” bisa menjadi kekuatan luar biasa bagi mereka.
5. Menjaga Pola Hidup Sehat Bersama
Stres bisa dipicu oleh kurang tidur, pola makan tidak teratur, atau kurang aktivitas fisik. Gen Z kadang terjebak dalam gaya hidup begadang, makanan instan, dan duduk terlalu lama di depan layar.
Peran keluarga adalah memberi contoh dan menciptakan lingkungan yang mendukung hidup sehat. Masak makanan bergizi bersama, ajak olahraga bareng, dan bantu atur jadwal tidur yang baik. Ini adalah langkah kecil tapi sangat efektif untuk melawan stres.
Peran Keluarga Tak Tergantikan
Melawan stres bukanlah perjalanan yang harus ditempuh sendirian. Gen Z memang punya cara sendiri yang unik dan adaptif, namun kehadiran keluarga tetap sangat penting. Dukungan emosional, komunikasi yang terbuka, serta pemahaman tanpa menghakimi akan membuat mereka merasa lebih kuat dan tidak sendiri.
Mari sebagai keluarga, kita belajar memahami kebutuhan generasi ini—bukan hanya untuk membantu mereka lebih sehat secara mental, tapi juga untuk membangun hubungan yang lebih erat dan bermakna.