web statistic

Rupiah Menguat, Strategi The Fed dan Ketidakpastian AS Jadi Faktor Kunci

2 Menit Baca
Rupiah Menguat: Ekspektasi Pemangkasan FFR dan Ketidakpastian Pemerintah AS Dorong Pergerakan Nilai Tukar. (Ilustrasi: Freepik)

JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali menguat, terdorong oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) yang lebih agresif.

Ekonom Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menekankan, “Saya rasa lebih dari faktor global karena peningkatan ekspektasi pemangkasan FFR yang lebih agresif dari The Fed, dengan pengaruh dari government shutdown (Amerika Serikat),” menyoroti pengaruh situasi AS terhadap rupiah.

Menurut laporan Anadolu, lembaga pemeringkat kredit internasional S&P Global memproyeksikan The Fed akan memangkas FFR sebesar 25 basis points (bps) sebelum akhir tahun 2025, diikuti langkah pelonggaran tambahan 50 bps pada 2026.

Potensi pemangkasan suku bunga ini dipengaruhi ketidakpastian anggaran pemerintah AS yang belum disepakati, sehingga menimbulkan risiko government shutdown.

Rully Arya menambahkan, “Ketidakpastian masih sangat tinggi. Saat ini terkait dengan government shutdown, menyebabkan sulitnya pasar melihat perkembangan data ekonomi AS terkini,” menjelaskan dampak langsung terhadap pasar valuta asing.

Penguatan rupiah selama lima hari terakhir menurutnya juga dipicu oleh kemungkinan FFR dipangkas pada Oktober dan Desember 2025 akibat situasi pemerintahan AS yang tertunda.

Dari sisi domestik, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menunjukkan sikap pro-growth yang turut memperkuat stabilitas ekonomi dan menahan volatilitas rupiah.

Pada penutupan perdagangan Jumat sore, kurs rupiah menguat 35 poin atau 0,21 persen menjadi Rp16.563 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.598 per dolar AS.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hari ini juga naik tipis ke Rp16.611 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.612 per dolar AS, menegaskan tren penguatan rupiah secara konsisten.***

Share This Article