SUMBAR – Puncak Festival Pesona Budaya Hoyak Tabuik Piaman 2025 berlangsung megah di Muaro Pantai Gandoriah, Kota Pariaman, Sumatera Barat, pada Minggu (6/7/2025). Untuk pertama kalinya, acara ini dibuka langsung oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menandai momen bersejarah dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia.
Dalam kesempatan ini, Fadli Zon mengumumkan rencana ambisius untuk mengusulkan Festival Tabuik sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kekayaan budaya nasional yang mendunia.
Tabuik: Perpaduan Spiritualitas dan Tradisi
Festival Tabuik, yang diadakan setiap tahun untuk memperingati hari Asyura, bukan sekadar perayaan, tetapi juga cerminan identitas kultural masyarakat Pariaman. Tradisi ini mengenang wafatnya Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, pada 10 Muharram di Padang Karbala. Prosesi megah ini menampilkan replika burak (tabuik), yang diarak dengan penuh khidmat diiringi musik tradisional gandang tasa dan atraksi budaya yang memukau. Puncaknya, pelarungan tabuik ke laut menjadi simbol pelepasan duka dan doa untuk kedamaian, menarik ribuan wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Ini kali pertama saya sebagai Menteri Kebudayaan Republik Indonesia hadir di pesta tabuik Pariaman dan kebetulan menjadi menteri pertama yang hadiri tradisi ini,” ujar Fadli Zon, disambut tepuk tangan meriah dari ribuan pengunjung.
Kehadirannya menegaskan komitmen pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto untuk memajukan kebudayaan nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 32 UUD 1945.
Langkah Menuju UNESCO: Tabuik sebagai Warisan Dunia
Fadli Zon mengungkapkan optimismenya terhadap potensi Tabuik untuk mendapat pengakuan dunia. “Kita akan pelajari bagaimana budaya tabuik yang sudah ratusan tahun berjalan ini, bisa kita usulkan menjadi Warisan Budaya Takbenda atau Intangible Cultural Heritage UNESCO,” katanya dalam keterangan resmi. Ia menambahkan, jika tradisi serupa ditemukan di negara lain, Indonesia siap mengajukan nominasi bersama atau menambahkan elemen budaya baru ke daftar UNESCO. Prosesi ini diperkirakan tidak akan memakan waktu lama, mengingat Tabuik telah berlangsung sejak 1887, sebagaimana tercatat dalam dokumentasi Museum Budaya Pariaman.
Wali Kota Pariaman, Yota Balad, menyambut antusias rencana ini. Ia menilai pengakuan UNESCO dapat meningkatkan daya tarik wisata budaya dan menggerakkan perekonomian lokal, yang telah menarik lebih dari 200 ribu pengunjung setiap tahunnya. “Sungguh kebanggaan bagi warga Kota Pariaman atas kehadiran Menteri Kebudayaan. Kami berharap Tabuik masuk ke kalender event nasional seperti Kharisma Event Nusantara,” ungkapnya.
Museum Budaya Pariaman: Menjaga Memori Tabuik
Sebelum membuka puncak festival, Fadli Zon juga meresmikan Rumah Budaya Tabuik Pasa sebagai Museum Budaya Kota Pariaman, museum pertama di kota ini. “Kita sangat mengapresiasi atas apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kota yang telah menjadikan tempat ini sebagai museum,” kata Fadli Zon. Museum ini menyimpan dokumentasi lengkap tradisi Tabuik, termasuk foto-foto era Hindia Belanda, diorama prosesi, dan artefak bersejarah. Ia juga mendorong revitalisasi museum untuk meningkatkan kualitas tata pamer dan koleksi, menjadikannya pusat edukasi dan literasi budaya.
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, menambahkan, “Kota Pariaman adalah kota yang mendunia, dimanapun negaranya pasti ada diaspora Kota Pariaman juga sejarah tabuik di Pariaman ini memang sudah sangat mendunia.” Ia berharap museum ini menjadi ruang bagi generasi muda untuk menggali kekayaan budaya lokal.
Tabuik: Kekuatan Budaya dan Identitas Bangsa
Festival Tabuik bukan hanya perayaan tahunan, tetapi juga simbol akulturasi budaya yang kaya. Menurut Fadli Zon, Tabuik mencerminkan kekuatan lunak (soft power) Indonesia yang mampu memengaruhi budaya lain. “Saya meyakini bahwa dalam budaya ada akulturasi dan pencampuran budaya,” katanya, seraya menegaskan pentingnya menjaga identitas budaya sebagai jati diri bangsa.
Dengan tema “Pesona Budaya Hoyak Tabuik Piaman 2025,” festival ini dimulai sejak 27 Juni dengan prosesi Maambiak Tanah dan diakhiri dengan pelarungan tabuik ke laut pada 6 Juli. Selama 15 hari, acara ini menghadirkan bazar ekonomi kreatif, lomba kesenian tradisional, dan pertunjukan budaya yang memperkuat kebersamaan masyarakat Pariaman.
Menuju Pengakuan Global
Upaya mengusulkan Tabuik sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO sejalan dengan visi Indonesia untuk memperkuat identitas nasional di tengah globalisasi. Hingga 2024, Indonesia telah memiliki 15 warisan budaya takbenda yang diakui UNESCO, termasuk keris, wayang, batik, angklung, dan kebaya. Dengan pengusulan Tabuik, Indonesia berharap dapat menambah daftar prestasi budaya di kancah internasional, sekaligus mempromosikan Pariaman sebagai destinasi wisata budaya unggulan.