web statistic

Presiden Prabowo Genjot Bibit Cokelat demi Ekspor Global, Belarusia Siap Jadi Mitra Baru

3 Menit Baca
Presiden Prabowo Subianto berbincang bersama Presiden ke-7 Jokowi membahas strategi ekspor komoditas unggulan Indonesia di kediaman Jokowi, Surakarta. (Foto: Istimewa)

JAKARTA – Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mulai mengambil langkah cepat untuk memperkuat sektor perkebunan nasional, khususnya dalam hal peremajaan dan pembibitan tanaman cokelat.

Kebijakan ini ditujukan untuk memenuhi permintaan ekspor cokelat yang melonjak di pasar global, termasuk dari Belarusia, seiring harga komoditas yang meroket akibat gangguan iklim dan penyakit di sejumlah negara produsen utama.

Dalam pertemuan terbatas dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Surakarta, Jawa Tengah, akhir pekan lalu, Presiden Prabowo menekankan pentingnya mempercepat regenerasi tanaman cokelat agar Indonesia tidak tertinggal dalam momentum ekspor.

Presiden Prabowo juga mengungkapkan bahwa Belarusia kini tengah membuka peluang besar untuk mengimpor komoditas tropis dari Indonesia, termasuk karet dan cokelat, guna mendukung sektor industri mereka.

“Saya juga mampir di Belarusia, mereka punya potash, mereka butuh karet kita. Mereka butuh banyak komoditas kita, dan ternyata harga cokelat dunia lagi sangat tinggi, dan banyak berharap cokelat dari kita,” kata Presiden Prabowo saat berbincang dengan media di kediaman Jokowi.

Kenaikan harga cokelat dunia yang signifikan, kata Presiden Prabowo, tidak lepas dari gangguan cuaca ekstrem dan merebaknya penyakit tanaman di kawasan Amerika Latin dan Afrika.

Situasi ini membuat Indonesia memiliki peluang strategis untuk meningkatkan pangsa pasarnya, terlebih dengan kondisi iklim yang lebih stabil di beberapa sentra perkebunan dalam negeri.

“Kita juga harus segera pembibitan baru, peremajaan baru.”

“Ini kita sudah akan lakukan, karena ternyata harga cokelat naiknya sangat signifikan di dunia, karena rupanya di Amerika Latin dan di Afrika mungkin ada wabah ya, wabah yang merusak banyak pohon-pohon cokelat di Amerika Latin dan di Afrika.”

“Saya kira itu yang saya ceritakan (kepada Bapak Jokowi, red.),” tambahnya.

Kebijakan strategis ini muncul setelah Presiden Prabowo menyelesaikan rangkaian kunjungan luar negeri yang mencakup negara-negara penting seperti Arab Saudi, Inggris, Brasil, Prancis, dan terakhir Belarusia.

Di Minsk, Presiden Prabowo melakukan pertemuan selama tiga jam bersama Presiden Republik Belarus, Aleksandr Lukashenko, membahas peluang kerja sama konkret antarnegara.

Lukashenko secara pribadi menerima Prabowo di kediamannya—sebuah kehormatan yang sebelumnya hanya diberikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin pasca-restorasi rumah dinas tersebut.

Selain isu ekspor cokelat, keduanya juga membahas kemungkinan pasokan bahan baku pupuk dari Belarusia ke Indonesia, terutama potash, yang merupakan kebutuhan vital sektor pertanian nasional.

Di sela-sela diskusi bilateral tersebut, Presiden Prabowo turut menyampaikan undangan resmi kepada Presiden Lukashenko untuk melakukan kunjungan balasan ke Indonesia.

Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah RI dalam memperkuat diplomasi ekonomi sekaligus membangun jejaring ekspor nontradisional ke kawasan Eropa Timur.***

Share This Article