LOMBOK – Nama Ali Mustofa mendadak menjadi sorotan publik setelah terungkap sebagai pemandu pendakian Juliana Marins, turis asal Brasil yang meninggal dunia usai terjatuh di jurang Gunung Rinjani. Pria berusia 20 tahun itu kini menjalani pemeriksaan oleh Satreskrim Polres Lombok Timur.
Ali Mustofa, yang telah menjadi pemandu di Rinjani selama dua tahun, membantah tudingan bahwa ia meninggalkan Juliana saat insiden terjadi. Dalam keterangannya kepada media Brasil, Oglobo.globo, ia menjelaskan bahwa pada Sabtu (21/6/2025), dirinya sempat menyarankan Juliana untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak.
“Sebenarnya saya tidak meninggalkannya (Juliana), tetapi saya menunggu tiga menit lebih dulu,” ujar Ali Mustofa, Jumat (27/6/2025).
Ia kemudian melanjutkan perjalanan bersama lima anggota rombongan lainnya. Namun, setelah berjalan sekitar 15 hingga 30 menit dan Juliana tak kunjung menyusul, Ali kembali ke titik peristirahatan terakhir. Di sana, ia tidak menemukan keberadaan Juliana.
“Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul. Saya mencarinya di tempat peristirahatan terakhir, tetapi saya tidak menemukannya. Saya bilang saya akan menunggunya lebih dulu, saya menyuruhnya untuk beristirahat,” jelasnya.
Ali mengaku syok saat melihat cahaya senter di dasar jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta pertolongan. Ia segera menghubungi pihak operator wisata tempatnya bekerja, yang kemudian meneruskan laporan ke tim SAR.
“Saya sadar ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta pertolongan. Saya bilang saya akan menolongnya,” imbuhnya.
Ali juga mengungkapkan bahwa ia menerima bayaran sebesar Rp2,5 juta dari Juliana untuk mendampingi pendakian tersebut.
Sebelumnya, kabar hilangnya Juliana Marins menjadi perhatian luas sejak Minggu (22/6/2025). Ia dilaporkan terjatuh ke jurang sedalam 600 meter di kawasan Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6). Rekaman drone menunjukkan bahwa Juliana sempat masih hidup setelah terjatuh.
Namun, upaya evakuasi yang dilakukan selama tiga hari terkendala cuaca buruk dan medan ekstrem. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman, menyebut kondisi topografi dan cuaca menjadi hambatan utama.
“Teman-teman pendaki yang pernah mendaki di Gunung Rinjani, Gunung Rinjani sangat ekstrem, topografinya sangat curam. Dan cuacanya setiap saat berubah-ubah. Ini yang menghambat terjadinya evakuasi,” kata Yarman.
Jenazah Juliana akhirnya berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025). Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, mengonfirmasi bahwa korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di kedalaman sekitar 400 meter dari titik jatuh.