web statistic

Anak Sehat, Peternak Sejahtera: Dampak Nyata Program MBG, Ubah Wajah Pangan Nasional

3 Menit Baca
Petugas menyalurkan paket susu segar MBG kepada siswa sekolah dasar di Bogor. (Dok. Biro Hukum dan Humas BGN)

BOGOR— Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini menjadi simbol kebijakan gizi nasional yang tak hanya menyehatkan anak-anak Indonesia, tetapi juga menumbuhkan ekonomi rakyat lewat penyerapan susu segar dari peternak lokal.

Program MBG digagas oleh Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memastikan setiap anak sekolah menikmati asupan gizi seimbang setiap hari, sambil membuka peluang ekonomi bagi peternak dan pelaku industri susu dalam negeri.

Prof. Epi Taufik, Tim Pakar Bidang Susu BGN sekaligus Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu IPB, menegaskan bahwa kehadiran susu dalam paket MBG merupakan langkah strategis untuk memperbaiki kualitas gizi anak bangsa.

“Susu adalah sumber kalsium, protein, dan vitamin D yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan anak usia sekolah. Tapi di balik itu, program ini juga membuka peluang ekonomi besar bagi peternak rakyat karena menjadi off-taker utama bagi produksi susu segar dalam negeri (SSDN),” ujar Epi di Jakarta, Senin (13/10).

Dengan ketentuan teknis yang ketat, BGN menetapkan bahwa setiap produk susu MBG wajib mengandung minimal 20 persen susu segar, serta memiliki komposisi gizi utama setara susu murni dengan kandungan kalsium minimal 15 persen dari nilai harian (DV). Standar ini memastikan anak memperoleh gizi maksimal sekaligus mendorong peningkatan kualitas produksi susu nasional.

Efek domino dari kebijakan ini terlihat nyata, mulai dari peternakan sapi perah, koperasi susu, industri pengolahan dan kemasan, hingga rantai distribusi nasional yang ikut bergerak bersama.

Kepala Biro Hukum dan Humas BGN, Khairul Hidayati, menyebut MBG sebagai realisasi konkret dari 8 Program Hasil Terbaik Cepat pemerintahan Prabowo-Gibran, dengan fokus pada makan bergizi dan susu gratis di sekolah serta pesantren.

“Lewat MBG, kita tidak hanya memenuhi janji kampanye untuk meningkatkan gizi anak bangsa, tapi juga menggerakkan ekonomi desa. Setiap gelas susu yang diminum anak-anak sekolah, berarti ada peternak lokal yang tersenyum karena hasil susunya terserap,” kata Hida.

Ia menambahkan, pelaksanaan MBG dijalankan dengan prinsip gizi seimbang, pemberdayaan ekonomi lokal, dan transparansi distribusi, sehingga manfaat program dapat dirasakan secara merata.

“Program ini harus jadi contoh nyata bahwa kebijakan publik bisa sehat secara gizi dan berkeadilan secara ekonomi,” ujarnya.

Dengan pendekatan dua arah — memperkuat gizi dan menumbuhkan ekonomi desa — MBG diharapkan melahirkan generasi sehat, cerdas, dan mandiri, sembari memperkokoh ketahanan pangan nasional berbasis produksi dalam negeri.

“Ketika anak-anak tumbuh dengan sehat dari gizi yang baik, dan peternak rakyat merasakan manfaat ekonomi, maka MBG menjadi model pembangunan gizi yang berkelanjutan,” tutup Hida.***

Share This Article