web statistic

Cara Aman Mengenalkan Kurban pada Anak Tanpa Trauma

5 Menit Baca
(Dok Photo IST)

JAKARTA – Menjelang Hari Raya Idul Adha, para orang tua diimbau lebih waspada sebelum mengajak anak usia dini menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban. Psikolog anak mengingatkan bahwa paparan langsung terhadap momen penyembelihan dapat memicu trauma, kecemasan, hingga gangguan psikologis jangka panjang pada anak, terutama yang berusia di bawah 7 tahun.

Risiko Psikologis Anak Usia Dini Saat Menyaksikan Kurban

Psikolog Silmy Risman menjelaskan bahwa anak-anak, khususnya yang berusia di bawah 5 tahun, belum memiliki kemampuan kognitif untuk memahami makna ibadah kurban secara utuh. “Otak anak belum mampu membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata,” ujarnya.

Paparan terhadap suara hewan, darah, dan proses penyembelihan bisa memunculkan ketakutan mendalam. Reaksi psikologis yang mungkin muncul antara lain mimpi buruk, kecemasan berlebih, hingga trauma yang memengaruhi perkembangan mental. Lebih jauh lagi, Silmy menambahkan bahwa anak bisa menjadi lebih agresif terhadap lingkungan, termasuk terhadap hewan peliharaan.

Penelitian: Trauma Bisa Berlanjut hingga Dewasa

Studi yang dikutip dari KlikDokter menyebutkan bahwa menyaksikan penyembelihan hewan kurban bisa menjadi pengalaman traumatis bagi anak di bawah usia 7 tahun. “Pemotongan hewan itu eksplisit, lehernya dipotong, darah kemana-mana. Ini bisa membuat sebagian anak jadi takut,” ujar psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi.

Trauma semacam ini tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat berlanjut hingga dewasa dan memengaruhi sikap anak terhadap kekerasan atau empati terhadap makhluk hidup. Meski demikian, dampaknya bersifat individual. Anak yang sensitif cenderung lebih rentan mengalami gangguan emosional dibandingkan anak yang sudah memiliki kesiapan mental.

Cara Edukatif Mengenalkan Makna Kurban pada Anak

Meskipun menyaksikan penyembelihan secara langsung tidak disarankan untuk anak usia dini, orang tua tetap bisa mengajarkan nilai-nilai Idul Adha dengan pendekatan yang lebih edukatif dan aman.

1. Ceritakan Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail

Gunakan buku bergambar atau animasi anak untuk menceritakan kisah Nabi Ibrahim secara menyenangkan. Menurut psikolog Naila dari UIN Malang, pendekatan visual yang ramah anak efektif untuk memperkenalkan konsep kurban tanpa menimbulkan rasa takut.

2. Libatkan Anak dalam Persiapan Kurban

Mengajak anak memilih hewan kurban atau mengunjungi peternakan dari jarak aman bisa menjadi pengalaman edukatif yang menumbuhkan rasa empati dan tanggung jawab. Aktivitas ini juga mempererat hubungan keluarga dalam suasana religius.

3. Gunakan Media Visual yang Aman

Anak usia 7–11 tahun dapat dikenalkan pada proses kurban melalui video edukatif yang tidak menampilkan adegan kekerasan. Ini membantu mereka memahami makna kurban dengan pendekatan logis sesuai perkembangan kognitif mereka.

4. Dampingi dan Beri Penjelasan Langsung

Jika anak berusia di atas 11 tahun ingin menyaksikan proses penyembelihan, dampingi mereka dan beri penjelasan makna spiritualnya terlebih dahulu. Pastikan anak menonton dari jarak aman untuk menghindari paparan visual yang ekstrem.

Kapan Anak Boleh Menyaksikan Penyembelihan?

Menurut para ahli, usia ideal anak untuk menyaksikan penyembelihan hewan kurban adalah 7–11 tahun, berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget. Namun, kesiapan emosional anak tetap menjadi pertimbangan utama. “Jika anaknya takut, orang tua jangan paksa untuk lihat, ini bisa berbahaya bagi kesehatan mentalnya,” tegas Ikhsan.

Peran Orang Tua dalam Pendampingan

Peran orang tua sangat penting dalam membimbing anak mengenali nilai-nilai keikhlasan dan pengorbanan. Hindari memaksa anak yang belum siap, dan jangan meremehkan rasa takut mereka. Silmy menegaskan, “Semua orangtua yang punya anak kecil atau usia dini, jangan bawa anak-anak untuk menyaksikan penyembelihan hewan kurban.”

Sebaliknya, arahkan anak untuk memahami makna kurban melalui kegiatan sederhana seperti berbagi mainan, membantu orang lain, atau ikut menyiapkan paket daging kurban untuk dibagikan.

Kesimpulan: Edukasi Tanpa Menimbulkan Trauma

Iduladha adalah momen penting untuk menanamkan nilai-nilai religius pada anak, namun harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan usia dan kondisi psikologis mereka. Dengan pendekatan yang tepat—seperti storytelling, penggunaan media visual yang aman, dan pendampingan aktif dari orang tua—anak dapat memahami makna kurban secara mendalam tanpa risiko mengalami gangguan psikologis.

Share This Article