JAKARTA – Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menunjukkan performa kuat di mata publik.
Berdasarkan survei nasional yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA), tingkat dukungan masyarakat terhadap duet kepemimpinan Prabowo-Gibran ini mencapai 81,2 persen.
Hasil ini mencerminkan optimisme publik terhadap arah kebijakan nasional saat ini.
Survei yang dilakukan selama dua pekan terakhir Mei 2025 tersebut menemukan bahwa kepercayaan terhadap Prabowo-Gibran bukan hanya tinggi dari segi elektabilitas, tetapi juga dalam persepsi kinerja awal pemerintahan.
Publik meyakini bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat, sejalan dengan pernyataan LSI yang menyebut, Sebanyak 81% responden merasa Indonesia sedang berada di jalur yang benar, sebagaimana dikutip Kamis (5/6).
Tingkat kepuasan ini dipengaruhi oleh besarnya popularitas Presiden Prabowo.
Laporan LSI mengungkapkan bahwa pengenalan publik terhadap Presiden Prabowo mencapai 98 persen, sementara tingkat kesukaan menyentuh angka 94,4 persen—sebuah modal sosial yang mengokohkan legitimasi politiknya di awal masa pemerintahan.
Survei yang dilakukan LSI Denny JA menggunakan metode multi-stage random sampling terhadap 1.200 responden dari berbagai wilayah Indonesia.
Survei ini memiliki margin of error sebesar ±2,9 persen, serta diperkuat dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (FGD), penilaian ahli, hingga analisis media.
Riset menyeluruh ini memberi gambaran komprehensif mengenai persepsi publik terhadap kinerja pemerintah yang baru berjalan tujuh bulan ini.
LSI juga mengaitkan tingginya angka dukungan ini dengan fenomena “honeymoon politics”, yakni masa awal pemerintahan di mana publik cenderung memberi toleransi dan ekspektasi positif terhadap pemimpin baru.
Hingga kini, belum terlihat adanya kekuatan oposisi yang dapat menandingi dominasi narasi pemerintahan Prabowo-Gibran di ruang publik.
Meski demikian, LSI mencatat bahwa masyarakat masih mencermati sejumlah tantangan, terutama di sektor ketenagakerjaan dan kestabilan harga kebutuhan pokok.
Namun publik tetap optimistis. “Rakyat sudah percaya bahwa arah kebijakan ini benar. Tapi mereka juga menunggu bukti: daya beli masyarakat naik, pekerjaan tersedia, dan hidup yang sedikit lebih layak daripada kemarin,” demikian dikutip dari laporan LSI.***