web statistic

Doha Jadi Sasaran Serangan Israel, Qatar: Tindakan Kriminal yang Tak Termaafkan

2 Menit Baca
Qatar marah besar setelah Israel melancarkan serangan ke Doha yang menargetkan negosiator Hamas, dianggap melanggar kedaulatan dan membahayakan keamanan regional.

JAKARTA – Qatar melontarkan protes keras terhadap serangan udara Israel yang menghantam ibu kota Doha pada Senin (9/9/2025).

Serangan yang diarahkan ke lokasi keberadaan anggota biro politik Hamas itu dianggap sebagai tindakan berbahaya yang mencederai kedaulatan negara sekaligus mengganggu stabilitas kawasan.

Dalam keterangan resminya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, menegaskan bahwa serangan Israel tidak hanya menyasar bangunan tempat tinggal yang dihuni negosiator Hamas, tetapi juga mengancam keselamatan warga sipil Qatar.

“Serangan kriminal ini merupakan pelanggaran berat terhadap semua hukum dan norma internasional serta ancaman serius terhadap keamanan dan keselamatan warga Qatar dan penduduk Qatar,” tegasnya.

Ansari menambahkan, pemerintah Qatar tidak akan membiarkan tindakan Israel yang dianggap sembrono dan mengganggu keamanan regional.

Menurutnya, penyelidikan atas insiden tersebut sudah ditangani di level tertinggi dan hasil detailnya akan segera diumumkan ke publik.

“Investigasi sedang berlangsung di tingkat tertinggi, dan rincian lebih lanjut akan diumumkan segera setelah tersedia,” jelasnya.

Situasi di Lapangan

Koresponden Aljazirah, Suhaib al-Assa, melaporkan bahwa titik serangan Israel berada di kawasan padat penduduk di Doha, bukan di wilayah terpencil.

Aparat keamanan Qatar disebut langsung mengamankan lokasi, memeriksa kerusakan, dan mencari kemungkinan korban.

“Prosedur keamanannya sangat rumit karena kita berbicara tentang lokasi yang sangat sensitif,” ujar Al-Assa mengutip sumber keamanan.

Target Negosiator Perdamaian

Sumber Hamas menyatakan bahwa serangan Israel diarahkan ke tim negosiator yang saat itu tengah membahas proposal perdamaian.

Aksi militer tersebut dinilai bisa memperburuk dinamika diplomasi di kawasan Timur Tengah yang tengah rapuh.***

Share This Article