“Kematian AI: Apa yang Terjadi?”

**AI Sudah Mati: Mengapa Penulis Menolak Penggunaan AI dalam Penerbitan**

Seorang penulis dan pemegang sertifikat pascasarjana di bidang kecerdasan buatan (AI) baru-baru ini menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penggunaan AI dalam dunia penerbitan. Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan, penulis tersebut mengungkapkan kekhawatirannya ketika seorang pengulas bertanya apakah ia menggunakan AI untuk menulis novel terbarunya, “Under the Gulf Coast Sun”.

Penulis ini menolak penggunaan AI bukan karena alasan yang biasa kita dengar seperti pelanggaran hak cipta, plagiarisme, atau pengurangan kreativitas. Ia berpendapat bahwa AI, secara harfiah, sudah mati. Menurutnya, ketika membaca puisi, cerita pendek, novel, atau memoar, ia mencari suara manusia, bukan hasil kalkulasi dari sesuatu yang tidak memiliki kesadaran.

“Ketika saya tertarik dengan apa yang ingin disampaikan seseorang, mengapa saya harus menghabiskan waktu membaca teks yang dihitung secara matematis oleh sesuatu yang mati?” ujarnya. Ia menambahkan bahwa komputer tidak memiliki kesadaran atau kreativitas, dan hanya berfungsi dengan mengolah data dalam bentuk angka nol dan satu.

Mustapha Suleyman, CEO Kecerdasan Buatan Microsoft, dalam wawancaranya dengan NPR, menyatakan bahwa sistem AI dapat “berkomunikasi dalam bahasa kita, melihat apa yang kita lihat, dan memiliki kreativitas.” Namun, penulis tersebut menilai pernyataan ini sebagai omong kosong. Menurutnya, komputer hanya memproses informasi dalam jumlah besar tanpa pemahaman nyata terhadap data yang dihasilkan.

AI bekerja dengan menghitung probabilitas kata apa yang paling mungkin muncul berikutnya dalam aliran data yang dihasilkannya. Dengan kata lain, teks yang dihasilkan AI hanyalah prediksi matematis, bukan hasil dari proses kreatif manusia.

Penulis ini mengakui bahwa ada banyak aplikasi AI yang luar biasa dan berguna dalam masyarakat, namun ia menegaskan bahwa output AI generatif hanyalah ilusi yang dihasilkan oleh sesuatu yang tidak memiliki kesadaran. “Saya lebih memilih karya yang dihasilkan oleh manusia yang hidup daripada kalkulasi dari sesuatu yang mati,” tutupnya.

Sumber: Artikel ini disusun berdasarkan informasi dari artikel asli yang diterbitkan di [sumber asli].

Disclaimer

Seluruh konten dalam blog post ini telah dikurasi dan dihasilkan secara otomatis oleh sistem Kecerdasan Buatan (AI). Meskipun telah melalui proses pengecekan untuk menjaga akurasi dan relevansi, isi artikel ini mungkin tidak sepenuhnya bebas dari kekeliruan atau kekurangan konteks. Pembaca disarankan untuk melakukan verifikasi tambahan apabila ingin menggunakan informasi ini sebagai rujukan atau dasar pengambilan keputusan.
Share This Article
Tidak ada komentar