JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada akhir sesi perdagangan Senin (30 Juni 2025), terdorong oleh lonjakan sejumlah saham unggulan seperti BBCA, BRPT, dan CUAN.
Penguatan indeks ini terjadi di tengah optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang AS-China dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed.
Berdasarkan data RTI Infokom pukul 16.00 WIB, IHSG ditutup menguat 0,44% ke posisi 6.927,67, setelah bergerak stabil dalam rentang 6.876–6.949 sepanjang hari.
Momentum ini turut mengangkat kapitalisasi pasar ke angka Rp12.207 triliun. Tercatat 357 saham mencetak kenaikan, 228 terkoreksi, dan 205 lainnya stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penggerak utama, diperdagangkan paling aktif dengan nilai transaksi mencapai Rp1,6 triliun. BBCA menguat tipis 0,29% ke harga Rp8.675 per saham.
Selain BBCA, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga mengalami lonjakan signifikan hingga 3,40% ke level Rp3.040.
Sementara saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, yaitu BRPT dan CUAN, masing-masing melonjak 4,08% dan 5,66%, ditutup di level Rp1.660 dan Rp12.600.
Kehadiran saham-saham ini memberikan dorongan positif bagi IHSG ditutup menguat di awal pekan.
Pasar Saham Asia Menguat, Negosiasi Dagang Jadi Pemicu
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mengungkapkan bahwa penguatan IHSG sejalan dengan tren positif di bursa Asia lainnya.
Sentimen membaik setelah muncul sinyal positif dari negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China.
Kedua negara dikabarkan telah menyepakati kerangka kerja baru terkait ekspor-impor barang, yang meliputi penyederhanaan perizinan ekspor oleh China serta pelonggaran sanksi oleh AS.
Presiden AS Donald Trump pun membuka peluang relaksasi menjelang tenggat tarif impor pada 9 Juli 2025, meski pasar masih dibayangi ketidakpastian akibat pernyataan ambigu dari pemerintah AS.
Kendati begitu, pelaku pasar tetap selektif dalam mengambil posisi, mengingat sebagian besar sektor masih rentan terhadap fluktuasi geopolitik dan kebijakan moneter global.
Namun, tidak semua saham mendapat sentimen positif. Saham bank BUMN seperti BMRI dan BBRI justru bergerak ke zona merah.
BMRI terkoreksi 2,89% ke Rp4.880, sedangkan BBRI turun 2,35% ke Rp3.740. Hal ini menunjukkan adanya rotasi sektor di kalangan investor menjelang semester kedua tahun 2025.***