web statistic

Tanpa Orang Tua, Afghan Jasca Temukan Harapan Baru di Sekolah Rakyat

2 Menit Baca
Afghan Jasca, pelajar Sekolah Rakyat Kota Bandung yang kembali menempuh pendidikan setelah sempat putus sekolah karena keterbatasan. (Foto: Kemensos)

BANDUNG – Kehilangan kasih sayang orang tua sejak kecil tidak membuat Afghan Jasca (15) menyerah mengejar pendidikan, justru kini ia kembali menemukan semangat belajar berkat Sekolah Rakyat Menengah Pertama 9 Kota Bandung.

Remaja ini sempat kehilangan arah karena putus sekolah dua tahun akibat keterbatasan biaya, namun hadirnya Sekolah Rakyat membuka jalan bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan sekaligus merajut kembali cita-citanya.

Afghan tidak bermimpi tentang profesi semata, tetapi lebih pada harapan sederhana yang tulus, yaitu ingin membalas kebaikan sosok tetangga berhati besar yang merawatnya sejak kecil ketika orang tuanya tak lagi ada di sisinya.

“Ingin bilang terima kasih, ingin jadi pengusaha sukses biar bisa balas jasa ibu (panggilan kepada yang mengurus Afghan sejak kecil),” kata Afghan dengan wajah tertunduk saat ditemui di sela aktivitas sekolahnya, dikutip dari laman Kemensos, Kamis (2/10/2025).

Sejak kecil, Afghan kehilangan figur ayah dan ibu, bahkan wajah kakak kandungnya pun tidak ia ingat, sementara dua adiknya juga jauh darinya sehingga ia tumbuh dalam asuhan penuh kasih dari tetangga yang ia panggil ibu.

Kasih sayang sederhana itu kerap hadir, seperti perhatian kecil berupa telepon untuk menanyakan kabar atau sekadar memastikan Afghan betah di sekolahnya.

Sebelum mengenal Sekolah Rakyat, Afghan sudah terbiasa hidup dalam keterbatasan, termasuk pernah merasakan tidak makan seharian karena keadaan ekonomi yang sulit.

“Diajak oleh pendamping PKH, bu Sri namanya, dan saya mau untuk sekolah lagi,” tutur Afghan yang kini sudah tiga bulan belajar di Sekolah Rakyat dan mulai terbiasa dengan rutinitas baru.

Awalnya ia kesulitan bangun pagi, namun kini ia merasa senang karena setiap hari bisa belajar, beribadah, dan mendapatkan makanan teratur di sekolah.

“Senang di sini, makan juga setiap hari, dulu makan tidak nentu, bahkan pernah sama sekali tidak makan,” ujarnya sambil bercerita bahwa dirinya juga mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tinju yang ia gemari.

“Suka boxing, dulu pernah diajari oleh teman,” katanya dengan antusias.

Bagi Afghan, kehadiran Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga rumah kedua yang penuh kasih sayang dan motivasi untuk menatap masa depan yang lebih cerah.***

Share This Article